Cerita Dewasa Anisa Istri Muda Cantik Yang Bahagia - Cerita ngentot terhot, Sebelumnya kisah sex yang pernah saya publish ialah
Cerita Dewasa Gagah Perkasanya Manager Idaman. Cerita
sex terbaru, novel sex terlengkap, cerita dewasa terupdate, cerita
mesum terbaik, cerita ngentot terpopuler, cerita bokep terselubung,
cerita xxx terhot, cerita ml abg perawan, cerita porno janda binal |
SUATU kali di sebuah milis, aku membaca sebuah thread dari seorang
pria. Dia minta foto-foto bugil versi voyeurisme. Karena aku punya
koleksi, aku kirim lewat japri kepadanya. Dia membalas melalui email,
mengucapkan terima kasih dan minta koleksi lain kalau ada. Aku kirim.
Cerita Sex Anisa Istri Muda Cantik Seksi Yang Bahagia
|
Ilustrasi Foto Mesum Pasangan Suami Isteri |
Novel Seks
- Balasan selanjutnya, pria itu menceritakan tentang keanehan yg ada
pada dirinya. Dia sangat suka mengintip, baik orang yg lagi ML maupun
perempuan bugil. Bahkan istrinya sendiri pun dia intip.
“Ada kepuasan tersendiri, walau ngintip istri sendiri,” tulisnya.
Sejak itu kami sering berkirim email. Aku juga tahu bahwa Om Bob tinggal
di kota yg sama denganku. Dia selalu bercerita tentang dirinya. Dari
situ aku tahu, laki-laki itu agak lemah secara seksual. Dia menyadari
betul. Dia baru bisa terangsang secara hebat jika sudah mengintip.
Sementara istrinya termasuk perempuan yg amat doyan sex. Selalu meminta,
tapi jarang terpenuhi. Suami yg malang. Dia juga tahu istrinya tidur
dengan beberapa laki-laki lain.
Cerita sex, Cerita ngentot, Cerita ngewe, Cerita dewasa, Cerita
panas, Cerita bokep, Cerita esex esex, Kumpulan cerita seks terbaru
2016.
Keterbukaan Om Bob — begitu aku menyapanya — semakin lebar. Dia akhirnya
membuka rahasia besarnya dengan mengatakan bahwa dia sebenarnya ikut
andil dalam perselingkuhan istrinya. Andil? Om Bob sendiri yg
mengaturnya, menyutradarainya. Sesungguhnyalah istrinya masuk ke dalam
jebakan Om Bob.
“Aku puas melihat bagaimana istriku bergumul
dengan laki-laki itu. Aku bahkan terangsang sangat hebat, dan seolah
punya kekuatan ganda ketika menyetubuhi Anisa sambil membayangkan Anisa
dimakan laki-laki lain,” katanya dalam email.
Om Bob adalah
seorang pria keturunan. Umurnya sekitar 45 tahun, hanya berselisih dua
tahun denganku. Istrinya, Anisa, berumur sekitar 35 tahun. Mereka sudah
belasan tahun menikah tetapi belum punya anak. Keduanya saling
mencintai. Anisa adalah tipe istri yg setia sebelumnya. Ya, sebelum Om
Bob menjebaknya.
Aku sangat suka membaca email-email Om Bob.
Ceritanya benar-benar seru dan mencengangkan. Tadinya aku mengira,
orang-orang “sakit seks” seperti Om Bob hanyalah khayalan, atau cerita
bohong. Dan pada suatu ketika Om Bob menulis email begini: You mau gak
meniduri istriku?
Aku terpana. Tdk menygka akan menerima
pertanyaan selugas itu. Tawaran menggiurkan, tetapi sulit untuk aku
jawab. Tak mudah mengatakan “Mau”. Ada perasaan tdk enak. Selama ini aku
telah memposisikan diriku sebagai seorang “sahabat”, tempat curhat.
Bagaimana mungkin aku harus meniduri istrinya? Terminologinya seolah aku
merampas wilayah Om Bob. Aku juga membayangkan bagaimana rasanya kalau
istriku ditiduri pria lain. Uhhh…. “Tetapi semua itu juga tergantung
nasib. Maksud saya, kalau Anisa mau. Kalau dia merasa tak selera dengan
Bung Andy, yaa you harus mengerti,” tulis Om Bob.
Dalam
email-emailku selanjutnya aku tdk mengatakan secara tegas bahwa aku mau.
Aku tdk yakin, ada perasaan khawatir, ada ketdkpercayaan. Om Bob
tampaknya menilai aku mengkhawatirkan wajah istriku. Makanya dalam email
selanjutnya dia kirim foto istrinya. Seorang perempuan keturunan
Tionghoa yg cantik. Bahkan kiriman selanjutnya sangat mencengangkan.
Foto Anisa selagi tidur, hasil “intipan” Om Bob. Difoto dari berbagai
pose, termasuk yg menampakkan paha mulus dan CD-nya.
Seperti
sudah kuungkapkan di depan, semua perselingkuhan Anisa atas prakarsa
diam-diam Om Bob. Om Bob yg memberi jalan bagaimana pertemuan antara
Anisa dengan kekasih gelapnya terjadi, dan seterusnya sampai berlanjut
ke kamar hotel. Baik, aku ceritakan saja tentang apa yg aku alami.
Setelah
aku menerima tawaran Om Bob (dengan malu-malu), akhirnya Om Bob
mengajukan beberapa syarat. Pertama, semua harus diatur oleh Om Bob. Aku
tinggal menjalani semua skenarionya. Jika aku melanggar, maka semuanya
batal.
“Jika semua lancar dan aku merasa puas, aku bahkan akan
membayar Bung Andy dengan uang yg cukup,’ katanya. Kedua, aku harus
menjaga kerahasiaan.
“Kita mencoba mencari kesenangan. Semua harus
bersenang-senang, dan berakhir penuh kesenangan. Aku tdk mau
ribut-ribut.” Aku setuju dengan syarat-syaratnya.
Komunikasiku
dengan Om Bob selanjutnya dilakukan lewat HP. Om Bob menceritakan
kebiasaan istrinya, kesukaannya. “Itu harus you pahami agar bisa
menaklukkan istriku.” Dari situ aku tahu banyak kepribadian dan
kebiasaan Anisa.
Anisa termasuk perempuan pemalu, tetapi sangat
suka dipuji. Sebagaimana perempuan Tionghoa lainnya, Anisa agak
membatasi diri terhadap pria non-Tionghoa. Karena itu Om Bob minta
supaya aku sangat berhati-hati.
Anisa punya kegiatan berenang
setiap hari Rabu. Om Bob memberi tahu tempat berenangnya. Dia biasa
makan di resto kolam renang selepas berenang. Dia selalu membawa mobil
Peugeot 206 hijau metalik, nomor XXXX.
“Kalau ada prempuan turun dari mobil itu, dialah Anisa,” kata Om Bob.
Om
Bob menyarankan aku supaya juga berenang, dan sesekali mendekat ke arah
Anisa supaya perempuan itu mulai terbiasa dengan wajahku. Tetapi jangan
buru-buru melakukan pendekatan di kolam renang. Lebih baik di resto.
Dan sebelum aku melakukannya, aku mesti meminta izin kepada Om Bob.
Akhirnya
Rabu pagi itu aku mengontak Om Bob, mengatakan bahwa aku akan ke kolam
renang. Om Bob setuju, dan mengingatkan kembali tentang apa-apa yg harus
dan tdk harus aku lakukan.
“Selamat berburu. Semoga sukses Bung Andy,” katanya.
Sekitar
jam 10 aku membolos kerja, hanya untuk mencari perempuan bernama Anisa.
Sengaja aku datang agak pagi supaya tdk keduluan Anisa. Aku memarkir
mobil, dan menunggu. Sekitar 30 menit kemudian datangah mobil yg aku
tunggu.
Seorang perempuan dengan tinggi badan sekitar 160cm turun
dari mobil. Rambutnya sebahu. Kulit putih bersih dan tubuh yg padat
berisi. Dia menenteng sebuah tas. Setelah dia masuk ke area kolam renang
aku menyusulnya. Masuk ke ruang ganti dengan buru-buru supaya bisa
mengikuti Anisa. Soalnya aku takut keliru dengan perempuan lain. Maklum
hanya sekilas tadi aku melihat wajah Anisa.
Setelah mengenakan
pakaian renang, akupun mencebur ke kolam. Berenang. Tdk banyak orang.
Hanya beberapa yg berenang, itupun hampir semuanya orang-orang chinese.
Aku lihat perempuan menuju kolam. Anisa. Gila, bodinya bener-bener
membuatku ngiler. Alangkah sedapnya bisa meniduri dia. Perempauan itu
sudah membasahi tubuhnya dengan air. Pakaian renangnya benar-benar
mengeksplorasi keindahan tubuhnya. Dia segera mencebur, dan berenang
gaya dada. Memperhatikan Anisa, jantungku berdebar-debar. Aku tdk berani
bertindak. Aku ikuti saran Om Bob.
Awalnya jarak start kami
sekitar 3 meteran. Tetapi ketika berbalik arah aku sengaja landing
mendekat ke arah dia. Lalu pura-pura istirahat, menunggu Anisa datang.
Setelah beberapa kali, akhirnya terjadilah. Anisa tersenyum kecil ke
arahku. Aku membalasnya. Mungkin itu dia lakukan karena memang tak
banyak yg berada di kolam, dan kami selalu berdekatan posisi. Makin lama
makin sering kami melempar senyum, dan aku mencoba untuk menyapanya.
“Gerakannya bagus sekali. Dulu les ya ci?” kataku memuji.
Dia
tersenyum tapi tdk menjawab dengan kata. Aku tinggalkan dia dan
mengambil gaya kupu-kupu. Aku ingin menarik perhatiannya. Ini adalah
gaya yg paling sulit. Tak banyak yg bisa melakukan kecuali pernah ikut
les. Rupanya dia memperhatikanku.
“Mas tuh yg pernah les,” katanya. Aku senang sekali.
“Sudah lama sih,” jawabku.
Pura-pura
tak acuh, aku kembali mengayunkan tangan dan kaki menjauh darinya.
Anisa masih di sana. Mungkin mulai kecapekan. Ketika kembali ke tempat
semula aku mendekati Anisa.
“Sering berenang ke sini ya ci?”
“Ya kadang-kadang aja.”
“Ooo, saya baru kali ini. Biasanya di Graha. Tapi pengin suasana baru. Ternyata di sini enak. Sepi dan airnya jernih,” kataku.
“Di Graha juga jernih kan?
Percakapan
ringan terjadi. Kami mulai agak akrab. Sampai akhirnya kami berada di
resto. Dia memesan mie titee, dan aku pisang goreng.
“Laper kalau habis berenang,” kataku. Anisa membungkus tubuhnya dengan handuk.
“Kok sendirian aja ci?”
“Iya saya biasa sendirian,” sahutnya.
“Gak dianter pacar? Ga kerja?”
“Pacar, saya sudah bersuami kok. Suami saya kerja saya ibu rumah tangga.”
“Hah? Sudah bersuami? keliatannya kayak bujangan. Emang umur cici berapa? Aku berbohong, sekadar untuk membuatnya bangga.
“35 tahun.”
“Ahh bohong. Masih muda gitu.”
Percakapan itu berjalan lancar. Kami juga sempat tukar-menukar nomor HP. Kami berjanji akan bertemu lagi Rabu pekan depan.
Aku ceritakan semuanya ke Om Bob yg terjadi hari itu. Om Bob juga senang dan memujiku sebagai pria yg gentle.
“Kayaknya you mau sukses. Teruskan saja.” Om Bob juga mengizinkan aku untuk berkomunikasi lewat HP dengan istrinya.
Yg
penting. Aku tdk boleh berkencan tanpa sepengetahuannya. Aku juga
dilarang bercerita soal keterlibatan Om Bob, karena Anisa bisa
tersinggung.
“Nanti bisa bisa buyar semuanya,” kata Om Bob.
Komunikasi
lewat SMS dengan Anisa berjalan lancar. Bahkan sudah mulai mesra,
sampai kahirnya aku mengajaknya untuk berkencan. Ajakanku diterima, dan
aku melaporkan itu kepada Om Bob. Akhirnya Om Bob memintaku bertemu
dengannya. Aku menemui Om Bob di sebuah kafe pada sore hari. Om Bob
berbadan tinggi. Wajahnya biasa saja. Sejak semula aku menduga dia orang
yg sangat kaya.
Dan itu terbukti ketika aku bertemu untuk
pertama kalinya. Dia mengendarai BMW jenis SUV warna hitam. Mobil yg
gagah sekali. Limited edition. Dia senang sekali bertemu denganku. “Maaf
Bung Andy, kayaknya Bung Andy menjadi pria Jawa pertama yg meniduri
Anisa. Selama ini yaa sesama chinese,” katanya. Setelahnya Om Bob akan
mengatur jadwal kencanku dengan Anisa.
“Aku yg booking kamar, tapi nanti bilang sama Anisa, you yg booking,” kata Om Bob.
Ternyata
aku harus booking kamar di Hotel X. Kenapa tdk di Hotel Y, rupanya
inilah tak-tik Om Bob untuk mengintip aku dan Anisa. Om Bob membooking
dua kamar. Satu untuk aku, satu lagi kamar sebelahnya untuk dia dan
peralatan mengintipnya. Dan … ini yg tdk disadari Anisa. Di dalam mobil
Anisa telah terpasang kamera pengintip yg tersembunyi. Kamera ini
terhubung melalui sinyal ke dalam monitor yg ada di tangan Om Bob. Dia
tahu semua yg terjadi di mobil istrinya.
Ini baru aku ketahui
beberapa hari setelah kencan terjadi. Itu pun atas pemberitahuan Om Bob.
Karena itu Om Bob minta supaya kencan dilakukan dengan mobil Anisa,
sehingga sepanjang perjalanan menuju hotel, Om Bob mengetahui apa yg
terjadi. Benar-benar luar biasa laki-laki tajir itu. Sepanjang
perjalanan aku dan Anisa memang sudah saling cubit, saling remas. Bahkan
aku yg pegang kemudi digoda dengan remasan-remasan nakal di penisku.
“Ayooo.. keluarin di mobil aja…” Anisa tertawa.
“Dodol ah…” jawabku.
Singkat
cerita aku dan Anisa telah memasuki kamar hotel. Tak sabar rasanya
ingin segera ngentot Anisa. Sejak dalam perjalanan nafsuku sudah
meledak-ledak.
Begitu pintu kamar aku kunci, aku langsung
mendekap Anisa dari belakang, dan aku hujani tengkuknya dengan ciuman
penuh nafsu. Anisa terpekik. Tas tangannya terjatuh. Dia membalikkan
badan dan menyambut dengan penuh gelora ciuman bibirku. Kami berpagutan.
Aku lepas blus yg membungkus tubuhnya. Juga bra yg membungkus bukit
kembarnya. Toketnya yg putih dengan puting warna pink menyembul. Masih
kenceng, seperti puting gadis perawan. Aku dengan rakus melumatnya. Aku
tak peduli lagi bahwa apa yg aku lakukan ini diintai dengan kedua mata
Om Bob, suami Anisa.
Aku rebahkan tubuh Anisa, kulucuti semua
pakaiannya hingga tak satu helai benang menempel di tubuh putihnya. Aku
jilati semuanya. Semua. Benar-benar baru kali ini aku melihat tubuh
seputih itu. Bahkan di antara selangkangan, seputar anus, nyaris tanpa
warna coklat atau hitam. Tak ragu-ragu, aku jilati seluruh vagina dan
isinya, juga seputar anusnya. Anisa menggelepar-gelepar tdk karuan. Dia
meminta penisku, dan dikulumnya dengan rakus.
“Agghhhhh….” Aku mengeluh panjang.
Kuluman
yg luar biasa. Tampaknya Anisa sangat pintar. Penisku terbenam
seluruhnya ke dalam kerongkongannya. Penisku memang tdk terlalu besar
dan panjang. Ya ukuran Asia, sekitar 12cm. Bibirnya menempel di kulit
perut bawahku. Dia hisap, dia kili-kili dengan lidahnya. Aku menjerit
tertahan. Merasakan nikmat yg amat sangat. Lama kami bermain 69. Rupanya
Anisa sangat suka gaya ini. Dia tak segera mengakhiri permainan 69. Dia
balikkan tubuh kami, sehingga aku berada di bawah. Diangkatnya
pantatnya sehingga vaginanya menjauh dari mulutku. Tadinya aku mengira
dia ingin mengakhiri 69. Tetapi ternyata Anisa ingin mulutku mengejar
vaginanya.
“Ayo sayang… emut lagi…” pintanya.
Ketika aku menjilat, dia berusaha menjauhkan lagi dengan mengangkat bokongnya. Maka aku pun memeluk pinggangnya.
“Yeahhhh….”
Dia melenguh saat tubuhku menggandul di pinggangnya sambil menjilati itilnya.
“Terusss… sayang… teruss…” Ia kembali mengemut penisku. “Pakai jari sayang…”
Aku
masukkan jari tengahku, dan mengobok-obok vaginanya yg sudah basah
kuyup. Anisa melonjak-lenjak kenikmatan, lalu mengerang tertahan.
Rupanya dia orgasme. Bersamaan dengan itu, diisapnya penisku kuat-kuat.
“Keluarin sayang… keluarin….” Dia menepuk-nepuk pahaku memintaku segera ejakulasi.
Aku coba mengejan, tetapi tak juga berasa ejakulasi. Dia kocok penisku dengan mulutnya sambil terus dihisap-hisap.
“Ohhhh… sayang… aku mau keluar,” kataku.
“Ayoo keluarin.. keluarin…”
Dan
akhirnya memang keluar. Maniku menyemprot jauh ke dalam
kerongkongannya. Dia menghisap begitu kuatnya, sampai penisku terasa
ngilu, dan tubuh seolah terpental ke awang-awang. Baru kali ini aku
mengalami ejakulasi sehebat ini. Setelah itu, benar-benar lemas. Nyaris
seperti pingsan. Anisa tampak berusaha menelan sisa-sisa maniku di
mulutnya.
“Kamu gak jijik say?”
“Gak. Enak banget kok,” katanya.
“Kan tadi kamu juga gak jijik jilati anusku.” Aku meraih tubuhnya dan mencium dia.
Aku memeluk erat Anisa sebagai rasa terima kasih atas pelayanannya yg luar biasa.
Kami
kembali bermain beberapa menit kemudian. Persenggamaan yg seru.
Gaya-gaya dalam BF yg belum pernah aku jalani kami lakukan. Hanya ketika
aku meminta anus, Anisa menolak. Rupanya Anisa paling suka gaya tusukan
dari belakang. Dia memunggungiku, aku mengarahkan penis melewati
pantatnya. Dia menjerit-jerit, mencengkeramku. Dia berusaha menoleh ke
belakang mencari bibirku.
Ketika kami berciuman lidahnya
menari-nari liar. Dia juga memintaku menjulurkan lidah, dan
dihisap-hisapnya lidahku. Semakin aku keras menggenjot penis, semakin
liar reaksi dia. Anisa menyukai gaya itu, katanya sentuhan penis ke
bagian-bagian vaginanya sangat fantastis. Dia juga merasa kenikmatan
ketika bulu-bulu kemaluanku menyapu pantatnya.
“Kayak dikili-kili..” katanya.
Kami bermain sampai sore hari. Sekitar jam 4 sore Anisa berkemas.
“Aku harus segera pulang. Sebentar lagi suamiku pulang kerja. Kalau aku gak ada di rumah bisa dicincang aku,” katanya.
Aku diam saja, dan baru teringat akan Om Bob. Entah apa yg dipikirkan dan dilakukan pria itu di kamar sebelah….
Aku
tdk pernah tahu karena Om Bob tdk pernah bercerita dan aku tdk enak
hati bertanya. Yg agak mengagetkanku, keesokan harinya Om Bob mencoba
memberiku sejumlah uang. Cukup banyak. Kutaksir lima jutaan. Tetapi aku
menolaknya. Dia coba memaksa, tetapi aku tetap menolak.
“Saya kan yg diuntungkan Om, saya yg enak.” Om Bob tampaknya senang dengan reaksiku.
Percintaanku
dengan Anisa berlanjut beberapa bulan kemudian. Semua berjalan lancar.
Selama itu aku tdk pernah mengkhianati Om Bob dengan misalnya kencan
diam-diam. Setelah itu Om Bob memintaku mengakhirinya. Bacaan sex top:
Cerita Dewasa IGO Terhot Kapri Sang Pejantan Tangguh“Ini untuk kebaikan bersama Bung,” katanya.
Baik untuk menjaga rahasia dari Anisa, juga mencegah kemungkinan larutnya aku ke dalam hubungan yg lebih personal dengan Anisa.
“Kasihan istri Bung kalau keterusan. Aku mohon pengertian Bung …”
Meski
dengan berat hati, aku menuruti kemauan Om Bob. Sejak itu aku mencoba
menghindari Anisa, dan kembali hidup sebagai petualang yg berburu
mangsa….,